Jakarta, 17 Agustus 2015 - Bertempat di Lapangan Upacara Kemnetrian Hukum dan HAM dilangsungkan Upacara Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia ke 70 Tahun dan yang bertindak sebagai inspektur upacara Menteri Hukum dan HAM Yassona H. Laoly yang dihadiri oleh pejabat dan pegawai Unit Utama Eselon I di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM.
Dalam sambutannya Menkumham menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa kemerdekaan adalah anugerah dari Tuhan YME dan tidaklah didapatkan dengan cuma-cuma. Berbagai pengorbanan telah dipertaruhkan baik harta, benda bahkan nyawa. Mereka tak kenal kata lelah, apalagi menyerah. Tak ada gelisah apalagi keluh kesah, yang ada hanya ikhlas untuk berjuang lebih keras. Bahu membahu sesama anak bangsa terus diupayakan. Berbagai strategi dijalankan. Mulai dari perjuangan secara fisik melalui adu kekuatan, adu senjata, hingga diplomasi dengan kata-kata penuh makna.
Penjajahan adalah penindasan. Beban penindasan tidak saja dirasakan secara fisik, terlebih secara bathin dan selalu menorehkan luka yang mendalam, maka betapa pentingnya arti kemerdekaan bagi setiap insan dalam perjalanan hidupnya. Lebih baik berkalang tanah daripada hidup mewah dibawah kaki penjajah. Oleh karenanya konstitusi kita menyatakan bahwa “Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikamusiaan dan perikeadilan”.
“Dan merebut kemerdekaan adalah kata keramat yang menyulut semangat, “Siapa bisa merantai suatu bangsa, kalau semangatnya tidak mau dirantai? Siapa bisa membinasakan suatu bangsa, kalau semangatnya tidak mau dibinasakan!” itulah kalimat singkat dari Bung Karno Sang Proklamator Putra Sang Fajar yang mampu membakar semangat anak bangsa, untuk bersama-sama berjuang merebut kemerdekaan Indonesia”, kutip Yassona.
Apakah nikmat kemerdekaan sebagaimana diharapkan para pendahulu kita sudah bisa direalisasikan? Ataukah masih dalam bayangan impian? Terlepas dari keberhasilan yang telah dicapai selama 70 tahun Indonesia merdeka, sepertinya masih ada aspek-aspek kehidupan bangsa yang mengalami stagnasi.
Dan lebih miris lagi, saat ini sebagian generasi muda yang seharusnya menjadi generasi muda yang seharusnya menjadi generasi penerus bangsa, sibuk dengan kenikmatan sesaat dalam penyalahgunaan narkoba dan tak lagi mau peduli untuk urusan Negara dan Bangsa. Jadi jangankan memberikan penghargaan atau ucapan terima kasih bagi para pejuang yang telah mempersembahkan kemerdekaan untuk kita, melanjutkan dan memelihara hasil perjuangannya pun kita belum bisa.
Ataukah sesungguhnya penjajahan telah bermetamorfosis dalam bentuk yang lain? Mungkin benar kita tidak terjajah, namun kita tidak sadar bahwa bangsa ini telah menekan kita dari segala aspek kehidupan. Rakya Indonesia dibuatnya bertekuk lutut dan tunduk akan keinginannya. Lalu dimanakah makna kemerdekaan itu? Dan inikah bukti tanda terima kasih kita atas perjuangan para pendiri bangsa???
Pelajaran penting dari para pejuang bangsa khususnya semangat dalam merebut kemerdekaan dengan segala pengorbanannya layak kita terapkan saat negara dan bangsa merintih dalam kesakitan atas berbagai ketidaknyamanan. Saat ini kita lelah berda adalam “pelayaran” menuju pulau tujuan yang penuh harapan” dengan “kapal Kabinet Indonesia Kerja”.
Dengan semangat “Kami PASTI”, kita bekerja dan berprestasi. Dengan semangat “Kami PASTI”, mari bersinergi untuk menghindari disintegrasi. Dengan semangat, Kami Pasti”, mari kita berinovasi untuk bangsa yang mandiri. Dengan semangat “Kami PASTI” lanjutkan perjuangan para pendahulu untuk Indonesia yang lebih maju. Dengan semangat “Kami PASTI” mari kita mengabdi bagi kejayaan negeri. Dirgahayu Indonesiaku... Jayalah Bangsaku, Jayalah Negeriku merdeka selamanya. MERDEKA!!!, seru Yassona menutup sambutannya. (noe)